Cara
Mengatasi Rasa Malas Belajar
A. Pengertian
rasa malas belajar
Menurut
(Edy Zaqeus: 2008) Rasa malas
diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah
menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu,
mengalihkan diri dari kewajiban,dll.
Belajar
disini dijabarkan ‘memberikan stimulus (rangsangan) agar terbentuk respons
sehingga menimbulkan drive atau dorongan untuk berperilaku. Dan kalau berhasil,
Anda akan mendapatkan reward.
Anak
Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang
biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia
sekolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa mengulang
kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah
(pr) ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.
Jika anak-anak tidak suka belajar dan
lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak
menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai
kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara
langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain,
jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat
mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain
adalah suatu keuntungan).
B.
Penyebab malas belajar
1. Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri)
a. Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain
b. Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu
orangtua)
c. Sedang sakit
d. Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang
kesayangan dll)
e. IQ/EQ anak
2. Faktor ekstrinsik
a.
Sikap orang tua yang tidak
memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya (terlalu berlebihan memperhatikan)
Banyak orangtua yang menuntut
anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan
tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini itu. dsb.
b.
sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau"
karena ada adik baru).
c.
Bermasalah di sekolah (tidak
suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi
enggan untuk dikerjakan). Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman
sekolah.
d.
Tidak mempunyai sarana yang
menunjang blajar (misal tidak
tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku penunjang , dan penerangan
yang bagus.alat tulis, buku dll)
e.
suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun
kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang
berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio
tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah
permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations
C. Cara
mengatasi rasa malas belajar
Seringkali para orang tua dan guru menghukum dan menghina
anak yang malas. Hal ini menimbulkan rasa kurang puas pada anak, sang anak akan
kehilangan kepercayaan diri dan runtuh kepribadiannya. Padahal kemalasan itu
amat membutuhkan simpati, kasih sayang dan penanganan yang tepat. Untuk itu
upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi anak malas belajar dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menanamkan pengertian yang benar tentang
seluk beluk belajar pada anak sejak dini. Terangkan
dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak,
menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan
hal lain yang bermanfaat jangka panjang.
2. Berikan
contoh "belajar" pada anak. Anak
cenderung meniru perilaku orangtua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar,
orangtua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku).
Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius
(suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi dengan teman-teman,
jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar).
3. Berikan
insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan
ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan
perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh
4. Sering
mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts
atau ikut menjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut
kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa
kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama
deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk
sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan
dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya.
5. Komunikasi
Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
6. Menciptakan disiplin
Bukanlah suatu hal yang
mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari
orangtua. Orangtua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan
sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orangtua dapat menciptakan
disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku?buku
pelajaran, mengingatkan tugas?tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang
telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan?kesulitan yang dihadapi dalam
suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah.
7. Menegakkan kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan
rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran
sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil,
mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang
dapat diterima oleh akal pikiran anak.
8. Menciptakan suasana belajar yang baik dan
nyaman
Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian
dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan
orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana
belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian
9. Menghibur dan memberikan solusi yang baik
dan bijaksana pada anak.
Dalam hal ini jika anak sakit/sedih kita seharusnya
memberikana solusi atas masalah yang dihadapi anak dan kita mennghibur anak
ketika sakit, sedih, dan kita selalu bersikap bijaksana pada sang anak.
10. Menentukan Waktu Belajar Anak yang Tepat
Jika
anak anda telah sadar dan tergerak hatinya untuk melakukan kegiatan belajar
kesempatan yang baik ini jangan anda sia-siakan. Anda dapat mengarahkan dan
menentukan kapan waktu belajar anak. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam
menentukan waktu belajar anak di rumah, antara lain:
-
Sesuai dengan
keinginan anak
-
Jangan
berbenturan dengan waktu keinginan-keinginan lain yang
dominan pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritnya, dan sebagainya.
dominan pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritnya, dan sebagainya.
-
Kondisi fisik
dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) bebas dari rasa lelah, mengantuk,gangguan penyakit, rasa marah dan
sebagainya.
11. Mengembangkan Tujuan Belajar
Agar
anak mengetahui mafaat dan arah yang dipelajarinya, biasakan akan belajar
dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar akan lebih bermakna, karena anak
mengetahui dengan jelas apa yang hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya.
Anak pun akan mudah memusatkan perhatian pada pelajarannya.
12. Mengembangkan Cara-Cara Belajar yang Baik pada Anak
Gairah
belajar anak akan tumbuh jika dirinya mengetahui bagaimana cara belajar yang
efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan belajar anak, anda perlu membekali
anak bagaimana cara-cara belajar yang efektif dan efesien. Ana dapat mananamkan
pengertian pada anak bahwa dalam belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar
yang bai, agar belajar itu lebih bermakna dan memudahkan pencapaian tujuan
belajar.
13.
Mengembangkan rasa percaya diri anak
Sudah
tentu menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa membangkitkan dan memupuk
rasa percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah sumber motivasi
yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan
adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau
melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi tantangan untuk
ditaklukkan dan utnuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan
gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dalam belajar.
Kreativitas dan imajinasi berpikir akan berkembang untuk mencari cara-cara
mengatasi kesulitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar