Kamis, 24 Mei 2012

Malas Belajar


Cara Mengatasi Rasa Malas Belajar
A.     Pengertian rasa malas belajar
Menurut (Edy Zaqeus: 2008) Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban,dll.
Belajar disini dijabarkan ‘memberikan stimulus (rangsangan) agar terbentuk respons sehingga menimbulkan drive atau dorongan untuk berperilaku. Dan kalau berhasil, Anda akan mendapatkan reward.
Anak Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa  mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr)  ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.
 Jika anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).
B.     Penyebab malas belajar
1. Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri)
a.    Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain
b.    Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orangtua)
c.    Sedang sakit                                                                                  
d.   Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan  dll)
e.    IQ/EQ anak
2. Faktor ekstrinsik 
a.    Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya (terlalu berlebihan  memperhatikan) Banyak orangtua yang menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini itu. dsb.
b.    sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" karena ada adik baru).
c.    Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan). Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah. 
d.   Tidak mempunyai sarana yang menunjang blajar (misal tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku penunjang , dan penerangan yang bagus.alat tulis, buku dll)
e.    suasana rumah  misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations

C.     Cara mengatasi rasa malas belajar
Seringkali para orang tua dan guru menghukum dan menghina anak yang malas. Hal ini menimbulkan rasa kurang puas pada anak, sang anak akan kehilangan kepercayaan diri dan runtuh kepribadiannya. Padahal kemalasan itu amat membutuhkan simpati, kasih sayang dan penanganan yang tepat. Untuk itu upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi anak malas belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut :
             1.     Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk belajar pada anak sejak dini. Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.
             2.     Berikan contoh "belajar" pada anak. Anak cenderung meniru perilaku orangtua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar, orangtua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku).  Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius (suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi dengan teman-teman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar).
             3.     Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh
             4.     Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya.
             5.     Komunikasi
Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.
Carilah situasi dan kondisi  yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
             6.     Menciptakan disiplin
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari orangtua. Orangtua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orangtua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku?buku pelajaran, mengingatkan tugas?tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan?kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah.
             7.     Menegakkan kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas  yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul).  gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.
             8.     Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman
Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian
             9.     Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak.
Dalam hal ini jika anak sakit/sedih kita seharusnya memberikana solusi atas masalah yang dihadapi anak dan kita mennghibur anak ketika sakit, sedih, dan kita selalu bersikap bijaksana pada sang anak.
         10.     Menentukan Waktu Belajar Anak yang Tepat
Jika anak anda telah sadar dan tergerak hatinya untuk melakukan kegiatan belajar kesempatan yang baik ini jangan anda sia-siakan. Anda dapat mengarahkan dan menentukan kapan waktu belajar anak. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan waktu belajar anak di rumah, antara lain:
-       Sesuai dengan keinginan anak
-       Jangan berbenturan dengan waktu keinginan-keinginan lain yang
dominan pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritnya, dan sebagainya.
-       Kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) bebas dari rasa lelah, mengantuk,gangguan penyakit, rasa marah dan sebagainya.
         11.     Mengembangkan Tujuan Belajar 
Agar anak mengetahui mafaat dan arah yang dipelajarinya, biasakan akan belajar dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar akan lebih bermakna, karena anak mengetahui dengan jelas apa yang hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya. Anak pun akan mudah memusatkan perhatian pada pelajarannya.
         12.     Mengembangkan Cara-Cara Belajar yang Baik pada Anak
Gairah belajar anak akan tumbuh jika dirinya mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan belajar anak, anda perlu membekali anak bagaimana cara-cara belajar yang efektif dan efesien. Ana dapat mananamkan pengertian pada anak bahwa dalam belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar yang bai, agar belajar itu lebih bermakna dan memudahkan pencapaian tujuan belajar.
13. Mengembangkan rasa percaya diri anak
Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi tantangan untuk ditaklukkan dan utnuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kreativitas dan imajinasi berpikir akan berkembang untuk mencari cara-cara mengatasi kesulitan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar